Ketika Seorang Penulis Mengalami Block Writer
Aku
menulis tulisan ini ketika sedang mengerjakan naskah When Back Home, dan saat
itu pula saya tengah mengalami kehabisan ide atau block writer tepat di halaman
ke-30. Padahal targetku dalam menulis buku ini adalah 90 halaman dalam dua
minggu. Dan ini sudah tiga minggu lebih tapi aku belum mendapatkan jalan keluar
untuk masalah block writer-ku ini.
Ketika
menulis naskah When Back Home, aku merasa aneh dengan ceritaku dan rasanya
ingin menghapus ulang semua halaman. Tapi setelah dipikir-pikir, lebih baik
memperbaikinya saja.
Dan
ketika sampai ke judul baru dihalaman ke 31, aku tidak bisa berpikir apapun
tentang judul baru untuk novel itu. Bahkan aku tidak bisa memulai paragraf
sederhana. Karena itu, aku berusaha merefreshing otak dengan membaca buku
banyak-banyak, dan yang terjadi adalah aku malah keasikan membaca! Dan lupa
oleh naskahku yang terlantar.
Aku
tahu ada banyak dilema sebagai penulis, tapi aku tidak tahu kalau aku akan
merasa sesulit ini untuk menyelesaikan naskahku. Bahkan aku sudah sadar,
mungkin aku sudah gagal menulis novel ini.
“Ide
baru, ide baru, ide baru!” seperti sedang memanggil nama bloody marry, aku
berkata begitu hingga tiga kali berturut-turut sambil memejamkan mata. Tapi aku
otakku malah semakin mentok.
Sudah
cukup, aku memutuskan untuk menunda menulis dan istirahat, karena bakal lebih
parah kalau aku memaksakan menulis sedangkan aku sedang tidak punya ide sama
sekali. Nanti malah naskahku jadi aneh dan amburadul.
Setelah
beberapa lama membiarkan naskahku menjadi gelandangan di laptop, aku mulai
membuka file microsoft word “When Back Home” dan mulai membaca ulang semuanya.
Sejenak terlintas dalam pikiranku, untuk melanjutkan kembali menulis karena
tanganku sudah gatal untuk kembali mengetik.
Hiyattt,
dengan kekuatan bulan – bukan – maksudku dengan restu Allah SWT. Akhirnya aku
punya judul baru. Ini adalah hal terindah setelah berhenti sejenak dari
menulis. Dan aku jadi pusing sendiri, ketika sadar aku menulis jauh dari tema
yang kubuat. Dan lagi, bahasaku berubah. Tidak, jangan biarkan ini terjadi. Aku
terlalu banyak baca novel teenlit, dan sejenak lupa kalau ternyata gaya
bahasaku yang sedikit seperti novel terjemahan bisa berubah.
Tapi
setelah mengkonsumsi The Demigod Files dari Rick Riordan, aku bisa kembali lagi
membawa sniper dan mulai mengebom otakku supaya lebih santai dan kembali
menjadi bahasaku yang pertama.
(a tips by Mauren)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar